Jumat, 13 Februari 2009

VALENTINE????? Boleh Nggak Yach???


Pertanyaan di atas selalu terbenak di dalam kepala ku ketika pertama kali mendengar kata ‘VALENTINE’. Kata orang, VALENTINE itu adalah hari kasih sayang yang dirayakan setiap setahun sekali. Yaitu tanggal 14 Februari. Di Indonesia, ‘Hari Kasih Sayang’ ini sudah ‘membudaya’. Bahkan yang paling ironisnya, hal ini merebak di kalangan para ‘remaja’. Padahal, remaja seperti kita seharusnya tidak ‘mencontoh’ hal ini. Terang saja, perayaan ini (VALENTINE) bukan budaya kita dan bukan berasal dari Negara kita. Tapi dari Negara ‘ barat’. Apalagi, sejarah Valentine’s day ini nggak jelas (simpang siur). Kita sebagai remaja seharusnya ‘tidak gampang’ untuk ‘ikut-ikutan’.
Trus, bagaimana dengan orang awam yang ’samar’ akan sejarah VALENTINE??? Yuk, kita baca artikel di bawah ini tentang ’sejarah’ VALENTINE! Biar teman-teman nggak terbelenggu dalam hasutan setan dan selalu tetap bertawakkal.....

Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.
Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'. Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.
Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis' kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.
Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat(melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.
Selain itu, kita seolah-olah ’bersenang-senang di atas penderitaan orang lain’. Bagaimana tidak????? Kita berenag-senang mengadakan ’pesta’ Hari Kasih Sayang’, di saat hari ’kematian’ seseorang yang berani ’berkorban’ demi cinta.
Trus, bagaimana PANDANGAN ISLAM terhadap hal ini???
Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?
Mari kita renungkan firman Allah :“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)
Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.
Oleh karena itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut TAQLID. Hadits Rasulullah SAW :“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”. Firman Allah SWT dalam Surah AL Imran(keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

”Tidak akan rela orang2 Yahudi dan Nasrani hingga kita umat islam ikut melakukan apa yang mereka lakukan”
Itu perkataan Allah...
Wahai saudarku, islam adalah agama kebenaran. Dan janganlah kita mengikuti dan melakukan apa yang tidak dibenarkan agama kita.
Dan tetaplah tanamkan selalu asma Allah di hati kita. Agar hati kita tidak akan bisa terkotori perbuatan-perbuatan setan.


Dikutip dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: